Tips Jalan – Jalan ke Wamena di Papua

Sebenenernya selama di Wamena kemana aja sih Yud? Apa cuma melihat budaya aja?

Nggak kok. Saya juga mendatangi beberapa tempat yang wajib kamu datangin kalau berkunjung kesini. Ada beberapa yang ingin saya ceritakan, jadi beberapa postingan ini akan menutup perjalanan saya di Wamena. Cusss!

Kalau kamu berkunjung ke Wamena, kamu wajib melakukan yang namanya trekking ke desa-desa. Ada beberapa pilihan destinasi trekking, salah satunya adalah Desa Ibiroma dan Desa Kilise yang berada di Distrik Kurima. Untuk mencapai dua desa diatas awan tersebut, kamu harus melewati aneka macam tipe jalan. Dari mulai jalan aspal, jalan berbatu, jalan tanah, sungai, hutan, perkampungan, bukit, pokoknya lengkap. Serasa Ninja Hatori banget.

Perjalanan dari Wamena menuju titik terakhir sebelum pendakian yaitu Desa Kurima, memakan waktu sekitar satu jam lebih menggunakan taksi (orang sini menyebut angkot dengan nama taksi.) Sesampainya di Kurima , kami harus berjalan kaki (saat itu kami hitchiking sebuah truk tanah, jadi hanya 10 menit saja) selama satu jam jika jalan kaki. Oh iya, kami diwajibkan untuk izin terlebih dahulu di Pos TNI sebelum mendaki ke bukit-bukit di pedalaman Distrik Kurima.

Setelah meminta izin, kami melanjutkan perjalanan. Disini, kami bakalan melewati satu sungai yang cukup besar. Perjalanan bener-bener lengkap ribetnya karena untuk menuju sungai saja, kami harus melewati jalan penuh batu-batu lepas. Nggak kebayang kalau hujan mungkin licin. Hanya truk dan mobil 4WD aja yang berani lewat.

Ada dua buah jalur trekking. Yang pertama, jalur yang nggak banyak nanjak, tapi ada dua atau tiga tanjakan yang gila menguras tenaga. Jalur yang kedua sih tanjakannya lebih banyak, tapi nggak securam yang pertama. Saya memilih jalur pertama karena mending capek sekalian pas nanjak daripada nanjaknya banyak, berarti ngedumelnya juga ikut banyak.

Setelah hampir tiga jam trekking, kami tiba di Desa Kilise. Ya, disini nggak ada listrik dan sinyal, jadi ya terima aja nasib. Di Kilise, kami tinggal di sebuah rumah Honai yang cukup nyaman. Dingin nggak? Dingin banget! Karena posisinya yang bener-bener disisi lembah bagian puncak. Jadi anginnya semliwir. Diwajibkan bawa jaket. Terdapat sebuah gereja yang sedang dibangun disini. Jika dibandingkan, Desa Kilise merupakan sebuah desa yang cukup besar diantara desa-desa lain yang ada dipedalaman lembah Baliem.

Nah kalau Desa Ibiroma, lain lagi ceritanya. Terletak satu jam dari Kilise, desa Ibiroma lebih terpencil lagi. Penghuninya juga nggak banyak. Kebanyakan bapak-bapak disini bekerja dikebun yang jaraknya cukup jauh dari kampung.

Awalnya saya sempat bingung, gimana orang-orang disana mengangkat bahan-bahan untuk membangun prasarana di desa yang terpencil ini. Ternyata, mereka membopongnya dari kota. Terkadang jika ada bantuan, katanya sih ada helikopter yang membawa bahan-bahannya. Tetapi dominan masih tetap dibopong hingga keatas.

Tapi dijamin sih, tinggal disini kayanya bebas stress banget. Mending tinggal di kota, atau tinggal disini? Atau, Senin sampai Jumat di kota, lalu weekend disini? Source : instagram @catatanbackpacker.